Pada Pebruari 2018 yang lalu penulis menerima kirim hadiah buku dari teman dari Kalimantan Tengah sebanyak 2 (dua) buku yang berjudul “ Langkah Kecil Membuka Berjuta Inspriasi” , “ Mutiara Kata Dari Negeri Tambun Bungai”, dan “ Jangan Pernah Berhenti Menulis”. Buku “Langkah Kecil Membuka Berjuta Inspriasi” merupakan antologi artikel, sedangkan buku “Mutiara Kata Dari Negeri Tambun Bungai” merupakan antologi puisi dan cerpen.
Kedua buku tersebut yang penulis paparakan di atas merupakan buah karya para guru yang pernah mengikuti Pendidikan dan Latihan SAGUSAKU (Satu Guru Satu Buku) yang diselenggarakan oleh IGI (Ikatan Guru Indonesia) Wilayah Kalimantan Tengah.
Menulis dan profesi guru adalah dua hal yang harusnya sejalan dan mampu saling mendukung. Misalnya, permasalahan guru dalam pembelajaran di kelas dapat menjadi sumber inspirasi untuk ditulis dalam bentuk tulisan formal seperti laporan penelitian tindakan kelas (PTK), paparan hasil inovasi pembelajaran (Inobel), makalah best praktice, dan sebagainya. Dengan menulis, guru dapat memberikan solusi bagaimana memecahkan permasalahan dalam pembelajaran, dan tulisan tersebut menjadi bukti outentik dan bermanfaat bagi guru itu sendiri maupun pihak lain.
Dengan menulis, guru telah ikut menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya bagi khazanah dunia pendidikan. Menulis sebagai bentuk ekspresi diri dan profesionalisme guru sangat diperlukan agar pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh guru dapat dipelajari dan diimplementasikan juga oleh guru yang lain, sekecil apapun ide dari karya yang dituangkan ke dalam tulisan tersebut.
Mulailah menulis dari yang terdekat dengan kegiatan profesi guru dan dunia pendidikan. Misalnya menulis artikel, buku, atau tulisan ilmiah lainnya tentang cara menghadapi anak didik yang nakal, cara menyajikan materi pelajaran yang dianggap sangat sulit, atau penggunaan media pembelajaran yang sederhana, dan sebagainya. Kunci dari menulis itu adalah kemauan, yaitu kemauan untuk maju, kemauan untuk mencari ilmu pengetahun baru atau pengalaman baru, dan tentunya yang penting adalah kemauan untuk menulis.
Memberikan pelajaran kepada siswanya menulis bagi seorang guru merupakan hal yang biasa dan sering dilakukan, karena hal tersebut menjadi sesuatu yang lumrah dan mudah dilakukan oleh guru. Lalu, mengapa ketika guru itu sendiri disuruh menulis, ia mengelak dan mengatakan tidak dapat menulis?
Permasalahannya bukan pada kemampuan guru dalam menulis tetapi pada kemauan guru itu sendiri. Sejatinya kegiatan menulis tidak dapat dilepaskan dari profesi seorang guru, karena menulis merupakan salah satu cara guru mengembangkan profesinya agar terus terjaga dan meningkat, terlebih diera digital sekarang.
Menulis merupakan bagian dari olah pikir dan hati yang terpadu dalam bentuk tulisan mewujudkan ide dan gagasan yang berhubungan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam aktivitas profesi sebagai guru. Dengan menulis berarti mewujudkan ide dan gagasan yang terpendam dalam alam pikiran, tidak hanya disimpan di alam pikiran sendiri. Menulis harus diwujudkan dan dipraktikkan, bukan sekedar hanya dalam tataran teori atau konsep yang disampaikan kepada siswa semata, tetapi guru memberikan contoh nyata apa dan bagaimana menulis tersebut.
Guru merupakan figur yang memiliki kemamuan dalam menginspirasi dan memotivasi siswa dalam banyak hal positif, salah satunya dalam meningkatakan minat baca dan menulis siswanya. Ketika guru memberikan contoh perilakunya gemar menulis, maka diharapkan siswanya akan terinspirasi untuk mengikuti jejak gurunya menulis pula.
Beranjak dari hal tersebut di atas, maka guru diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswanya supaya lebih banyak lagi membaca, baik buku, majalah, koran, dan sumber informasi lainnya. Pengungkapan pengalaman pribadi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana persepsi siswa terhadap gurunya. Pandai-pandailah guru membawa diri untuk dapat menginspirasi dan memotivasi dalam mengkampanyekan dan mengugah minat baca, dan diharapkan selanjutnya siswa dapat menulis kembali yang dibacanya tersebut.
Sebelum menutup tulisan, penulis mengutip suatu pepatah yang berbunyi “ Segala sesuatu musnah kecuali perkataan yang tertulis”. Maknanya bahwa semangat menulis perlu ditumbuhkan agar segala sesuatu yang bermanfaat tidak hilang percuma hanya sebatas perkataan belaka, sebagaimana yang sering disampaikan oleh guru di depan kelas. Oleh sebab itu, agar apa yang diketahui menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain kelak dikemudian hari tersebut hendaklah ditulis dan dijadikan buku . Hal ini sesuai dengan perkataan Imam Ja.far ash-Shadiq yang dikutip dalam buku Jamal Ma,mur Asmani, yaitu” Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Semoga.

